tembok di 2050 Mdpl.
Sabtu dini hari, kami berangkat dari rusun — masih ngantuk, tapi pura-pura semangat. Rencana awalnya sih mau ngejar sunrise. Tapi kayaknya matahari pun tahu kami terlalu optimis untuk itu. Baru keluar dikit, jalanan udah kayak antrean sembako: macet. Ternyata ada kecelakaan di depan terminal Banyumanik. Ya sudah, kami ikut macet bersama puluhan kepala yang juga bertanya-tanya kenapa harus di jam segini. Belum cukup, kami masih sempat-sempatnya mampir ke Indomaret — karena, tentu saja, pendakian tanpa sosis, roti, dan pocari kurang sedap. Begitu lewat Pasar Jimbaran, suasananya sudah kayak simulasi neraka jam lima pagi. Lalu lalang sayuran segar, truk, pedagang yang teriak, motor zig-zag di antara karung kubis. Di situ aku baru sadar: mungkin yang paling tangguh di dunia bukan pendaki, tapi ibu-ibu pasar yang udah siap tempur sebelum subuh. Kami belok ke arah Umbul Sidomukti, berharap bisa langsung tancap ke Basecamp Mawar. Tapi ya, harapan tinggal harapan. Portalnya masih tutup. Pad...